21 Okt 2011

POLIGAMI

Seorang laki-laki setengahbaya mengulum senyum sepanjang perjalanan pulang setelah mengikuti pengajian rutin dari mushola. Tema pengajian kali ini membuatnya sangat bersemangat. Bagaimana tidak. Tema yang dibawakan pak ustadz mengupas tentang poligami.

Sudah hampir sebulan pengajian berlalu namun kata-kata pak ustadz yang menyebutkan syarat poligami cukup bisa adil, terus saja terngiang di telinga, sehingga Keinginan untuk berpoligami pun timbul. Apalagi dia yaqin sekali bisa bertindak adil.

Akhirnya ia memberanikan diri minta ijin ke istrinya.

“Bu, begini….” Semua pengajian dari ustadz diberitahukan ke istrinya.

Istrinya manggut-manggut.

“Kalau Ibu sudah paham syukur deh!”

“Maksudnya Bapak mau poligami?” tanya istrinya sambil pura-pura tersenyum.

“he…he… iya, buat ibadah, Bu. Karena Alloh”

“Betul karena Alloh?”

“I….iya. Bu!”

“Memangnya mau menikah dengan siapa, Pak?”

“Bapak minta ijin ke Ibu dulu, kalau boleh Bapak mau mencari calonnya.”

“Nanti dulu, Pak. Ibu kasih dua syarat” Istrinya yang selalu rutin mengikuti pengajian dan sering membaca buku-buku agama tersenyum sabar, menggoda.

“Syaratnya apa, Bu?” sambil berusaha menutupi kegirangannya sang suami bertanya penuh penasaran.

“Sangat mudah!”

Akhirnya sang istri mengajukan dua syarat yang disetujui suaminya.

*****

BESOKNYA

”Bapak jaga rumah baik-baik yah, Pak?”

“Ibu mau ke mana?”

“Loh, katanya Bapak mau menikah lagi?”

“Eh, Iya… iya… Bue.”

“Nah, Ibu mau ke tempat calon istri Bapak dulu.”

“Kalo boleh tahu.. sisssiapa, Bue?”

“Nanti juga Bapak tahu, jangan kemana-mana yah, pak!”

“Bu, makasih mau mengerti kemauan Bapak!”

“Ah, Bapak inih. Apa yang Ibu lakukan karena Alloh juga!”

“Tapi, kan…” Sebelum kata2-nya habis sang istri sudah keluar rumah.

“Keburu siang, Pak. Ngobrolnya dilanjutin nanti lagi yah. Ibu pergi dulu. Assalamualaikum…”

Krekk!Terdengar pintu tertutup

“Walaikumsalam!” jawab sang suami sambil melihat langkah istrinya dari celah horden sampai hilang di tikungan jalan.

Tak henti-henti laki-laki itu mengucapkan syukur mempunyai istri sholeha, sangat paham hukum agama. Setelah yakin istrinya tidak kembali lagi. Ia sibuk menata diri di depan cermin. Ia ingin terlihat gagah dan awat muda di depan calon istrinya nanti. Khayalan berlanjut dengan kebanggaan punya istri dua.

“Mestinya orang-orang komplek sini pada kagum denganku! Haha…. Akulah laki-laki beruntung punya istri dua yang akur… Aih! Kalau kondangan dua-duanya akan aku gandeng” Bisik hati suami

Khayalanya mendadak berhenti. Ia bertanya dalam hati kira-kira siapa perempuan yang dipilih istrinya untuk menjadi madu dia, “semoga ia perempuan yang cantik, masih muda ditambah tubuhnya yang bahenol. Aiih…”

Runtuh sudah niat semula si bapak nikah demi agama.

*****

Di Tempat Lain.

Sesudah bertanya khabar ini, itu. si ibu menyatakan maksud kedatangannya.

“APA?! Jangan bercanda, Bu…!”

“Saya tidak bercanda kok, Bu…!”

“Tapi saya peot masa disuruh kawin sama Bapaki!”

Akhirnya sang istri menjelaskan niat suaminya yang mau poligami demi agama. Dan diapun menjelaskan panjang lebar bagaimana Rosul dulu berpoligami.

Mereka berdua akhirnya sampai di rumah.

“Eh, Ibu sudah pulang?”

“Maaf yah, Pak. Kalau nunggunya terlalu lama.”

Suaminya tersenyum sambil melirik perempuan yang dibawa istrinya.

Setelah mempersilahkan tamunya duduk, Sang istri ke belakang menyiapkan air minum. Kini mereka bertiga telah duduk di ruang tamu. Dengan sangat tenang sang istri membuka pembicaraan.

“Pak. Sebelumnya terimakasih sudah setuju dengan dua persyaratan yang Ibu ajukan, dimana syarat pertama, Ibu yang mencarikan istri buat bapak. Kenalin ini, Pak.” kata istrinya sambil menepuk punggung tamunya.

“APA..?!” jawab suami sambil melotot, gelagapan, mukanya merah antara malu dan marah. Ia merasa telah dilecehkan istrinya. Mana mungkin menikah lagi dengan nenek-nenek.

Melihat gelagat suaminya, sang istri tersenyum sambil mengangguk beradu pandang dengan tamunya….

Kemarahan hati suami tak dapat disembunyikan lagi. Ia menatap tajam istrinya dengan penuh kebencian yang meluap-luap. Ia pergi keluar rumah begitu saja meninggalkan istri dan tamunya sambil membanting pintu sekeras mungkin. Kemarahan nafsu yang menjalar tubuhnya telah mengalahkan akal sehat. Ia lupa tujuan awal poligami, ia lupa dengan cinta kasih istrinya yang selalu menemaninya dalam suka maupun duka selama 30 th.

‘‘Istri sialan! Istri tidak tahu diri!” beribu makian keluar dari mulut suami, menghujat meruntuhkan dinding dinding iman. Setan sepenuhnya telah berkuasa, hingga ia takdapat lagi membedakan mana syurga, mana neraka. Api dendam kian membara membakar kebijaksanaan yang dia miliki.

Sementara di rumah, sang istri tetap tenang seperti tidak terjadi apa-apa. Ia meminta maaf ke tamu tadi, jika sikap suaminya menyinggung perasaan dia. Tamunya hanya terkekeh hingga kelihatan sebagian giginya yang ompong.

“Ndak ada yang perlu dimaafkan, Bu.”

“Kenapa Ibu malah tertawa terus?”

“Maaf Bu…, lucu saja melihat perubahan muka Bapak sewaktu Ibu nunjuk saya untuk menjadi istrinya Kek… kek… kekh….”

Akhirnya sang istri ikut tertawa sampai tamunya pamit pulang.

“Sebentar. Saya suruh Ridho nganterin Ibu pulang.”

“Ndak usah, Bu. Saya masih kuat pulang sendiri!”

“Iya. Tetapi saya bertanggung jawab terhadap Ibu. Ibu datang ke mari atas kemauan saya. Jika tadi Bapak setuju, malam ini juga Ibu bisa tidur di rumah kami.”

“Sudahlah, Bu. Saya paham dengan niat baik Ibu. Ibu mau menolong saya. Mengangkat martabat saya sebagai janda tua yang fakir miskin. Hidup tanpa sanak saudara dan tinggal di gubuk tua peninggalan suami satu-satunya.” Mata nenek mulai lembab setiap kali teringat suaminya. Dia teringat masa silam, kalau dia hanyalah perempuan mandul yang tak dapat memberikan keturunan. Namun suaminya tidak memandang sebagai kekurangan. Suaminya tetap setia sampai ajal memisahkan.

“Ya sudah, Ibu pulang hati-hati, Ridho sudah siap dengan mobilnya. Jangan nolak rejeki loh, Bu.”

Akhirnya nenek si perempuan malang, pulang diantarkan Ridho, anak keluarga tersebut.

Menjelang malam suaminya pulang. Paham situasi sedang runyam istrinya tidak bertanya macam-macam, hanya menegur yang dibuat sehalus mungkin. “Baru pulang, pak?” Bukan tak mendengar istrinya, ia sengaja mendiamkan. Sikap seorang bapak telah berubah seperti anak kecil yang kalah berebut mainan.

Keadaan rumah tangga menjadi hampa. Kehangatan tiada dirasakan seperti semula. Canda suami istri yang selalu diselingi tawa bahagia telah sirna diganti dendam membara yang kian rapat membungkus nurani suaminya.

Sebelum tiga hari, larangan agama untuk saling mendiamkan diri, digunakan istrinya untuk membicarakan syarat yang kedua. Walau tetap diam suaminya mendengarkan dengan seksama.

“Jika Bapak masih tetap mau poligami dan Bapak sendiri yang mau mencari calon maduku, Bapak tinggal tanda tangan.”

Suasana hening. Suaminya sama sekali tidak paham tanda tangan untuk apa. Demi mementingkan rasa ego, dia tetap diam tak mau bertanya. Istrinya sudah paham dengan perangai suami, ia meneruskan bicaranya laksana ustadzah mendidik murid-muridnya.

Bukan suaminya tak tahu hukum, iapun tahu. Cuman ia lebih menuruti nafsu dari pada ilmu.

Setelah terlebih dulu minta maaf atas sikapnya tempo hari, walau sudah jelas suaminya yang emosi. Dengan pelan dan penuh kesabaran istrinya mulai menuturkan kisah Nabi SAW. Bagaimana beliau melakukan poligami

1. Khodijah binti Khuwailid RA,ia dinikahi oleh Rasulullah SAW di Mekkah ketika usia beliau 25 tahun dan Khodijah 40 tahun. Dari pernikahnnya dengan Khodijah Rasulullah SAW memiliki sejumlah anak laki-laki dan perempuan. Akan tetapi semua anak laki-laki beliau meninggal. Sedangkan yang anak-anak perempuan beliau adalah: Zainab, Ruqoyyah, Ummu Kultsum dan Fatimah. Rasulullah SAW tidak menikah dengan wanita lain selama Khodijah masih hidup.

2. Saudah binti Zam?ah RA, dinikahi oleh Rasulullah SAW pada bulan Syawwal tahun kesepuluh dari kenabian beberapa hari setelah wafatnya Khodijah. Ia adalah seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya yang bernama As-Sakron bin Amr.

3. Aisyah binti Abu Bakar RA, dinikahi oleh Rasulullah SAW bulan Syawal tahun kesebelas dari kenabian, setahun setelah beliau menikahi Saudah atau dua tahun dan lima bulan sebelum Hijrah. Ia dinikahi ketika berusia 6 tahun dan tinggal serumah di bulan Syawwal 6 bulan setelah hijrah pada saat usia beliau 9 tahun. Ia adalah seorang gadis dan Rasulullah SAW tidak pernah menikahi seorang gadis selain Aisyah.

Dengan menikahi Aisyah, maka hubungan beliau dengan Abu Bakar menjadi sangat kuat dan mereka memiliki ikatan emosional yang khusus. Posisi Abu Bakar sendiri sangat pending dalam dakwah Rasulullah SAW baik selama beliau masih hidup dan setelah wafat. Abu Bakar adalah khalifah Rasulullahyang pertama yang di bawahnya semua bentuk perpecahan menjadi sirna.

Selain itu Aisyah ra adalah sosok wanita yang cerdas dan memiliki ilmu yang sangat tinggi dimana begitu banyak ajaran Islam terutama masalah rumah tangga dan urusan wanita yang sumbernya berasal dari sosok ibunda muslimin ini.

4. Hafsoh binti Umar bin Al-Khotob RA, beliau ditinggal mati oleh suaminya Khunais bin Hudzafah As-Sahmi, kemudian dinikahi oleh Rasulullah SAW pada tahun ketiga Hijriyah. Beliau menikahinya untuk menghormati bapaknya Umar bin Al-Khotob.

Dengan menikahi hafshah putri Umar, maka hubungan emosional antara Rasulullah SAW dengan Umar menjadi sedemikian akrab, kuat dan tak tergoyahkan. Tidak heran karena Umar memiliki pernanan sangant penting dalam dakwah baik ketika fajarIslam baru mulai merekah maupun saat perluasan Islam ke tiga peradaban besar dunia. Di tangan Umar, Islam berhasil membuktikan hampir semua kabar gembira di masa Rasulullah SAW bahwa Islam akan mengalahkan semua agama di dunia.

5. Zainab binti Khuzaimah RA, dari Bani Hilal bin Amir bin Sho?sho?ah dan dikenal sebagai Ummul Masakin karena ia sangat menyayangi mereka. Sebelumnya ia bersuamikan Abdulloh bin Jahsyakan tetapi suaminya syahid di Uhud, kemudian Rasulullah SAW menikahinya pada tahun keempat Hijriyyah. Ia meninggal dua atau tiga bulan setelah pernikahannya dengan Rasulullah SAW .

6. Ummu Salamah Hindun binti Abu Umayyah RA, sebelumnya menikah dengan Abu salamah, akan tetapi suaminya tersebut meninggal di bulan Jumada Akhir tahun 4 Hijriyah dengan menngalkan dua anak laki-laki dan dua anak perempuan. Ia dinikahi oleh Rasulullah SAW pada bulan Syawwal di tahunyang sama.

Alasan beliau menikahinya adalah untuk menghormati Ummu Salamah dan memelihara anak-anak yatim tersebut.

7. Zainab binti Jahsyi bin Royab RA, dari Bani Asad bin Khuzaimah dan merupakan puteri bibi Rasulullah SAW. Sebelumnya ia menikahi dengan Zaid bin Harits kemudian diceraikan oleh suaminya tersebut. Ia dinikahi oleh Rasulullah SAW di bulan Dzul Qo?dah tahun kelimadari Hijrah.

Pernikahan tersebut adalah atas perintah Alloh SWT untuk menghapus kebiasaan Jahiliyah dalam hal pengangkatan anak dan juga menghapus segala konskuensi pengangkatan anak tersebut.

8. Juwairiyah binti Al-Harits RA, pemimpin Bani Mustholiq dari Khuza?ah. Ia merupakan tawanan perang yang sahamnya dimiliki oleh Tsabit bin Qais bin Syimas, kemudian ditebus oleh Rasulullah SAW dan dinikahi oleh beliau pada bulan Sya?ban tahun ke 6 Hijrah.

Alasan beliau menikahinya adalah untuk menghormatinya dan meraih simpati dari kabilhnya (karena ia adalah anak pemimpin kabilah tersebut) dan membebaskan tawanan perang.

9. Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan RA, sebelumnya ia dinikahi oleh Ubaidillah bin Jahsy dan hijrah bersamanya ke Habsyah. Suaminya tersebut murtad dan menjadi nashroni dan meninggal di sana. Ummu Habibbah tetap istiqomah terhadap agamanya. Ketika Rasulullah SAW mengirim Amr bin Umayyah Adh-Dhomari untuk menyampaikan surat kepada raja Najasy pada bulan Muharrom tahun 7 Hijrah. Nabi mengkhitbah Ummu Habibah melalu raja tersebut dan dinikahkan serta dipulangkan kembali ke Madinah bersama Surahbil bin Hasanah.

Sehingga alasan yang paling kuat adalah untuk menghibur beliau dan memberikan sosok pengganti yang lebih baik baginya. Serta penghargaan kepada mereka yang hijrah ke Habasyah karena mereka sebelumnya telah mengalami siksaan dan tekanan yang berat di Mekkah.

10. Shofiyyah binti Huyay bin Akhtob RA, dari Bani Israel, ia merupakan tawan perang Khoibar lalu Rasulullah SAW memilihnya dan dimeredekakan serta dinikahinya setelah menaklukan Khoibar tahun 7 Hijriyyah.

Pernikahan tersebut bertujuan untuk menjaga kedudukan beliau sebagai anak dari pemuka kabilah.

11. Maimunah binti Al- Harits RA , saudarinya Ummu Al-Fadhl Lubabah binti Al-Harits. Ia adalah seorang janda yang sudah berusia lanjut, dinikahi di bulan Dzul Qa?dah tahun 7 Hijrah pada saat melaksanakan Umroh Qadho.

Dari kesemua wanita yang dinikahi Rasulullah SAW, tak satupun dari mereka yang melahirkan anak hasil perkawinan mereka dengan Rasulullah SAW, kecuali Khadijatul Kubra seperti yang disebutkan di atas. Namun Rasulullah SAW pernah memiliki anak laki-laki selain dari Khadijah yaitu dari seorang budak wanita yang bernama Mariah Al-Qibthiyah yang merupakan hadiah dari Muqauqis pembesar Mesir. Anak itu bernama Ibrahim namun meninggal saat masih kecil.

Setelah bicara panjang lebar menuturkan semua istri-istri Nabi SAW. Istrinya tersenyum lega.

“Saperti dari awal ibu bilang, Pak. Ibu tidak akan menghalangi niyat Bapak jika itu benar2 karena agama.”

“Dalam Al-quran ada ayatnya disuruh kawinilah wanita-wanita yang kamu sukai satu sampai empat!.” Suaminya berseru takmau kalah. Argument kedua suami istri itu terus berlanjut disertai dengan senyuman istrinya.

“Pak, dalam ilmu Fiqh, menafsirkan Alqur’an itu ada 4 metode: Pertama, metode Tahlili: menafsirkan Alqur’an berdasarkan uraian dan segi apa yang dimaksud Alqur’an. Ini metode tertua yang paling sering dipake para Ahli Tafsir. Ke dua Ijmali: Menafsirkann Alqur’an berdasarkan makna tiap kalimat dengan bahasa ringkas yang mudah dipahami. Ke tiga Metode Muqarin: Menafsirkann Alqur’an dengan cara mebandingkan antara ayat dengan ayat lainnya, ayat dengan hadits, atau ayat dengan pendapat-pendapat para ulama tafsir lantas dicari titik temu dari perbedaan khilafiyah permasalahan yang diperbandingkan. Ke empat metode Maudhu’i: Menafsirkan Alqur’an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat yang memiliki tujuan yang sama, lantas dicari sebab-musabab dan asal turunnya ayat-ayat tersebut. Tentu saja dari sejarah turunnya ayat Alqur’an tersebut juga mempelajarinya dengan cermat untuk diambil dasar hukum tafsirnya. Pertanyaannya, siapa yang bisa menafsirkan Alqur’an ini? Hanya orang-orang terpilih, para hafidz dan para ahli tafsir yang memang sudah teruji bukan kita yang cuma belajar di pengajian mingguan bahkan bulanan dengan materi-materi pengajaran yang kelewat umum”

Malam kian terpaut fajar. Bulan separoh masih asik mengintip di balik tirai awan. Senyap, hampir seluruh penghuni rumah sudah beradu dengan mimpi-mimpi mereka. Mendengar kedua orangtuanya masih ngobrol, Ridho yang sudah menduduki bangku kuliah tingkat akhir dan pernah mengenyam pendidikan pesantren datang mendekat.

“Bapak sama Ibu sudah selarut ini belum pada tidur?” tanpa disuruh, Ridho sudah duduk sambil mata memandang wajah kedua orang tuanya secara bergantian.

Bapak segera berdiri hendak meninggalkan mereka, namun ibunya lebih dulu menyegat, menyuruhnya kembali duduk seperti semula. Tak bisa menolak, suaminya kembali duduk dengan menundukan muka.

Penasaran. Ridho pun bertanya. “Ada apaan si, Bu?”

Ibu menoleh suaminya, ia berharap suaminya yang akan menjawab. Namun setelah menunggu berapa menit tetap diam. Istrinya sadar Ridho anak semata wayangnya bukan anak kecil lagi, ia pun cerita apa adanya. Mulai dari pengajian tantang poligami dan niat bapaknya. Juga tentang seorang ibu yang pernah di antarkan Ridho pulang. Tiga hari yang lalu.

Mendengar penuturan ibunya, Ridho tersenyum kecut meski berbisik dalam hati. Dasar! tua2 keladi!.

Suasana kembali hening. Hanya Kelebat nyamuk yang sesekali mendengung di telinga. Temaram lampu ruang tengah seolah ingin bicara, kapan berakhirnya sengketa. Sebentar lagi pagi melipat malam. Keheningan dipecahkan suara Ridho.

“Ibu setuju kalau Bapak poligami?” tanyanya dengan mata menatap penuh simpatik

“Ibu memberi dua syarat. Pertama Ibu yang carikan istri buat Bapak. Ternyata Bapak tidak setuju.”

“MANA MUNGKIN BAPAK MAU DISURUH KAWIN DENGAN PEREMPUAN YANG LEBIH PANTAS DIPANGGIL IBU!!” spontan. Nafsu amarah kembali menjalar suaminya.

“Itu semua Ibu lakukan demi Bapak” tidak tahan lagi, senyum yang selalu menemani setiap kali istrinya bicara telah hilang digantikan isak tangis. Sambil sesunggukan istrinya meneruskan bicaranya.

“Bagaimanapun Ibu masih cinta Bapak. Ibu tidak mau Bapak terjerumus karena nafsu sesaat. Jika benar Bapak mau menikah lagi demi agama, Kenapa Bapak mesti marah-marah. Tidak ada agama yang mengajarkan seperti itu, Pak!”

“Siapa yang tidak marah disuruh kawin dengan nenek peyot! Ya jelas Bapak merasa tersinggung dong, Bu!”

Keadaan mulai memanas, desahan nafas amarah dengan isak tangis menyerbu ruang tengah mereka. Ridho masih tetap diam walau hatinya menuntut hendak membela ibunya.

“kenapa Bapak mesti tersinggung? Bukankah apa yang Ibu lakukan itu yang dicontohkan Nabi. Dengan Bapak mengawininya, kita telah mengangkat derajat dia. Jika Ibu mencarikan perempuan yang cantik. Ibu takut dibakar api cemburu, Pak!. Hu…hu…hu…”

“Kalau begitu kenapa Ibu setuju waktu Bapak minta ijin poligami?”

“Karena syarat yang kedua Bapak harus tanda tangan surat CERAI!!”

“Astagfirullahaladziim”

Baik Ridho maupun suaminya sangat terkejut. “Cerai” Sungguh sesuatu yang sangat asing. Mereka tidak percaya ucapan itu keluar dari mulut perempuan yang sangat BENCI perceraian.

“Baik, sekarang sudah jelas masalahnya.” Ridho yang sedari tadi diam angkat bicara. ”Poligami biarpun dibolehkan agama, tidak boleh dilakukan semena2. Semua ada ilmunya, bukan hanya berpegang pada satu ayat. Seperti yang Ibu katakan. Semua sudah dicontohkan Nabi SAW. Bahkan beliau melarang Ali bin Abu Thalib manantunya untuk poligami karena takut terjadi fitnah. Karena poligami menyangkut banyak orang. Jika Bapak bisa adil! Mungkinkah bapak bisa mengerti hati dan perasaan perempuan? Lain jika istri2 Bapak mengetahui hukum agama yang sebenarnya. Itu pun tidak menjamin akan ada fitnah dari beberapa pihak. Sudahlah, Ridho minta maaf, bukan Ridho lancang. Kebenaran harus disampaikan walau satu ayat. Ridho terus masuk ke kamar disusul ibunya.

Sementara suaminya duduk di ruang tengah, mengenang kembali masa-masa silam. Dimana teman2-nya selalu bilang merasa iri dengan kebahagiaan keluarganya. Haruskah hancur gara2 ke inginan poligami?

Adzan subuh menggema. Setan2 yang menyelimuti dada suaminya perlahan sirna, rasa sesal kini menjadi raja. Isak tangis istrinya…. Oh Tuhan. Betapa jahatnya aku…

Sinar mentari pagi membawa hari baru bersama perubahan suaminya yang terisak minta maaf atas segala khilaf dan istrinya menyambut dengan sangat ceria. Akhirnya bahagia kembali menjadi milik mereka.

6 Okt 2011

Jeritan Hati Seorang SuamiFiksi

Alasan apalagi yang mesti aku berikan pada anak dan istriku untuk secepat mungkin meninggalkan mereka. Tentu, jika ada pilihan aku lebih suka tinggal bersama mereka, menghabiskan waktu mengawasi si kecil yang baru belajar berjalan, mengajari anak pertamaku mengerjakan PR, membacakan buku-buku pilihan sebelum mereka tidur. Setelahnya aku akan bercanda, bercengkrama dengan istri, membicarakan masa depan anak-anak di saat mereka telah lelap. Mempunyai keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah. Itulah impianku. Bangga rasanya aku mempunyai istri yang selalu mengerti kedaanku.

Ah, sangat berat rasanya meninggalkan mereka. Empat anak dan istri tercintaku. Aku melangkah gontai menuju bandara Soekarno Hatta. Setelah menunggu proses hampir memakan waktu satu tahun akhirnya panggilan kerja bersama turunya visa datang juga. Korea, negara gingseng pilihanku. Walau di kanan dan kiri kulihat banyak teman-teman yang senasib harus meninggalkan keluarga demi memperoleh ekonomi yang lebih baik, ingatanku tetap pada anak-anak dan istri. Apalagi si kecil. Ah, berapa kali ia terjatuh, tetapi semangatnya ingin cepat bisa berjalan membuatnya tidak mengenal sakit.

Aku dikejutkan oleh tepukan tangan di bahu, saat kulihat sekeliling rupanya kami telah sampai di bandara dengan selamat. Kuucapkan syukur dengan memuji yang Maha Kuasa. Aku terhenyak kagum begitu kaki masuk ke dalam gedung bandara. Berjuta wajah asing dengan kesibukan masing-masing. Untunglah, di antara teman-teman rombongan yang berjumlah delapan orang hampir separohnya sudah pengalaman. Aku yang masih katrok hanya ngikut sambil sesekali bertanya jika ada sesuatu yang tidak aku pahami.

Panggilan untuk segera masuk pesawat memenuhi ruang tunggu. Iya, sekali lagi aku masih katrok, apalagi yang bisa aku perbuat selain ngikut rombongan. Dadaku berdetak kencang ketika telah menduduki kabin pesawat yang secara kebetulan duduk di dekat jendela. Sehingga dengan mudah, aku bisa lihat pemandangan ke luar. Layar monitor di depanku menyala, seorang wanita cantik berbusana pramugari sama persis yang dengan yang mencarikan nomer tempat duduk tadi memperagakan bagaimana cara kami memasang alat-alat jika terjadi kecelakaan. Aku perhatikan semua dengan seksama. Tak sedikitpun terlewat.

Ini pertama kali aku berada di dalam pesawat. Kembali pandangan kulempar ke luar jendela. Ya Alloh… bayangan si kecil, aku sangat merindukannya. Tanpa kusadari air mata telah meleleh bersama sesaknya nafas dalam dada. Kuusap air mata dengan selimut pemberian pramugari tadi sambil ku lafazkan doa mohon ketabahan dan perlindungan untukku dan keluargaku. Sesaknya dada menahan pedih harus meninggalkan orang-orang yang kucintai.

Untung sekali aku datang menginjakan kaki untuk pertama kali ke tanah gingseng ini saat musim panas. Begitu kata temanku, setidaknya aku tidak kaget dengan cuaca yang mirip dengan negeri sendiri. Akupun bisa menyiapkan segalanya untuk menyambut musim dingin nanti. Tidak ada sesuatu keberhasilan diraih dengan percuma tanpa perjuangan dan kerja keras. Aku sempat kaget waktu pertama bekerja di Korea, aturannya sangat ketat, disiplin, tidak boleh terlambat sedetikpun dan kerjanya juga harus sungguh-sungguh. Seringnya aku dibentak oleh mandor tidak mempengaruhi semangat kerjaku. Semakin aku dibentak ingatan anak-anak semakin dekat di pelupuk mata. Syukurlah, bersamaan dengan waktu yang terus berjalan akupun semakin lihai dengan tugasku, aku tidak pernah dibentak-bentak lagi. Bahkan aku berkawan baik dengan mandor yang asli penduduk sini. Mereka kerap memuji hasil kerjaku yang sempurna. Kubisikan dalam hati, semua demi keluargaku.

Waktu liburan aku pergunakan untuk saling berkunjung ke teman-teman yang bertempat tinggal lebih jauh, kadang bermain bola atau main ke tempat wisata negara tersebut. Hampir semua tempat sudah aku kunjungi. Menjelang habis masa kontraku selama tiga tahun, seorang kawan mengenalkan aku pada laptop. Dengan benda inilah mereka bisa komunikasi ke dunia luar. Sejak aku kenal laptop dan dunia internet, waktu yang ada aku habiskan berselancar di dunia maya. Hampir seluruh akun website aku punya, mulai dari upload video, foto, aku punya banyak teman di dunia maya. Kesibukanku di dunia maya hampir melupakan segalanya, untunglah masa kontrakku habis. Akupun pulang ke Indonesia berkumpul dengan keluarga.

Karena belum cukup modal, kepulanganku hanya sementara alias cuti. Aku bahagia melihat si kecil yang dulu baru belajar berjalan kini sudah besar. Bahkan ia sangat pandai mengaji, dia bilang istriku yang mengajarinya. Ya Alloh… aku bersyukur untuk kesekian kalinya punya istri seperti dia.

Masa cutiku telah habis, untuk balik ke negara Korea seorang diri aku sudah cukup pengalaman. Sawaktu di bandara aku dikejutkan oleh teriakan seorang perempuan muda, begitu kutoleh ternyata ia tetanggaku. Kamipun ngobrol tentang kampung dan pekerjaan. Ternyata dia juga baru pulang cuti dan akan kembali ke negara HongKong. Demi menunggu pesawat yang lumayan lama, kami saling tukar nomer telepon. kami berharap bisa menjadi teman komunikasi yang baik.

Keakraban aku dan dia semakin memuncak begitu aku sudah sampai di Korea. Jika pepatah jawa bilang ”jalaran tresno soko kulino” mungkin benar adanya. Tentu saja bukan di posisiku. Bagaimanapun aku tetap mencintai istri dan anak-anakku. Sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh juga. Mungkinkah itu kata-kata yang tepat untukku? Walau aku mencintai istriku, lama kelamaan aku tidak tahan pada semua godaannya. Ia kerap meneleponku, memberi perhatian lebih padaku, bahkan kami bisa seharian bertatap mesra di layar webcam. Baju yang dipakainya tidak pernah menutup aurat, bahkan dia lebih suka mononjolkan buah dadanya tepat di depan cam. Sebagai manusia normal dengan iman pas-pasan tentu saja membuat nafas nafsuku gemuruh. Aku benar-benar tidak sadar kalau setan telah mengintai dari berbagai arah.

Perhatianku pada anak istri tak pernah berkurang. Pun aku selalu mencoba menjauhi perempuan tetanggaku itu, tapi rasa kasihan dan simpatik setiap kali dia bilang kangen, sekedar ingin mendengar suaraku, membuatku melayani kehendaknya sekedar ngobrol di telepon.

Liburan musim panas tahun ini, kami berniat pergi ke Hong Kong. Kami sering mendengar cerita para TKI tentang keindahan Negara Hong Kong membuatku penasaran, sungguh aku tak sadar rencanaku ini sama saja masuk ke mulut buaya. Aku dijemput oleh tetanggaku, tentu saja dengan pakaian yang hanya menutupi daerah terlarang. Rupanya kebebasan negara beton telah mulupakan adat istiadat bahkan aturan agama sebagian TKW di sini. Ini kebodohanku! Ini ketololanku! Hari itu dia berhasil menjeratku ke dalam genggaman iblis. Aku telah menghianati istri tercintaku. Ingin kutampar wanita itu, tetapi ini bukan salahnya saja. Kenapa aku mau?

Bulan demi bulan terlewati. Setelah kejadian itu aku langsung bertaubat nasukha dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Setegas mungkin aku akan menjauhi wanita itu. Namun apa dayaku? Dia tidak mau ditinggalkan. Bahkan dia mengancam akan melaporkan kejadian itu pada istriku dengan bukti sebuah foto jepretan camera hapenya. Ya Alloh… Sesalku bertemu dengan wanita itu tak pernah berujung. Kini aku harus pura-pura bersikap manis padanya demi melindungi keluargaku dari kehancuran.

31 Jul 2011

Pengumuman Pemenang Lomba Menulis Kisah Nyata Dunia Maya

Bismillahirahmaanirahiim

Berikut ini adalah pemenang Lomba Menulis Kisah Nyata Dunia Maya.

Saya tidak akan menulis banyak karena semua sudah ditentukan oleh tiga dewan juri hebat yang membuat saya terkagum-kagum. Semua menilai dari sisi yang berbeda namun menuju satu titik yang sama, kalau mereka pantas menjadi pemenang.

Judul Naskah Pemenang LDM:

  1. Pesan Untukmu Duniaku
  2. Hidup pas-pasan
  3. Berhutang hafalan pada Malaysia
  4. Paranoidku di Dunia Maya
  5. Perempuan itu Merebut Suamiku
  6. Selamat dari Lembah Dosa
  • Bagi peserta yang menjadi pemenang, silahkan kirim alamat lengkap ke inbox FB Aulia Zahro atau kirim melalui email ke : Auliaz30@yahoo.co.id

Terimakasih atas semua partisifasinya, dan selamat menyambut bulan Ramadhan buat teman-teman semua…. Selamat juga buat para pemenangnya. Saya pribadi sebagai panitia mohon maaf atas segala kesalahan.

Buku Tamu

Total Tayangan Halaman