PBB atau Pertikaian Babu Babu. Eh, Pemberantasan Bangsat Bangsat, mendadak mengadakan rapat umum. Dipanggilnya semua wakil masing2 negara diseluruh dunia gardus untuk datang secepat mungkin. Dengan ancaman yang tidak hadir atau terlambat datang potong gaji, merekapun hadir dalam ruang terbuka.
Rapat dimulai!
Tok… Tok… Tok… Palu diketokkan diatas meja kayu jati.
“Kalian tahu mengapa dipanggil ke mari?” lantang suara ketua bergigi putih tersebut menguasai ruang rapat.
Yang hadir menjadi riuh, mereka saling bertanya ”ada apa? kenapa?”
Tok… Tok… Tok..! Suara palu terdengar lagi menyuruh mereka diam.
”Mana wakil Indonesia?!” masing2 yang hadir saling pandang.
”INDONESIA, MANAAA?!!!” lebih lantang suara ketua sambil memandang meja bergambar bendera merah putih dan seorang yang tertidur pulas
Tok… Tok… Tok…! “INDONESIA…. BANGUUUUUUUN!!!”
“Eh… Eh.., hadir ketua!” sambil tangan kiri ucek-ucek, tangan kanan ngelap iler pakai ujung dasi.
Semua yang hadir menggelengkan kepala, tak terkecuali si gigi putih.
Setelah memastikan tidak ada yang tidur di dalam ruang rapat, sang ketua mulai berbica. “Begini, saudara sesama manusia. Atas nama manusia, kami ingin meminta persetujuan kalian untuk memperingati hari Gayus sedunia!” Ruang rapat seketika kembali riuh. Ada yang sok mikir, ada yang saling tanya siapa Gayus, ada yang menolak terang-terangan, ada yang asal ngikut, ada yang spontan berteriak.
“HOREEEEE….!!”
“Kenapa teriak?!” mata ketua tajam menatap meja bergambar bendera merah putih.
” Enggak papa, ketua. Suka saja kalau hari libur” sambil pasang muka bodoh yang nyatanya sudah bodoh.
”Maaf ketua, siapa itu Gayus?” salah satu yang hadir sibuk mikir negara sampai tidak tahu berita tentang Gayus. Akhirnya ketua menerangkan panjang lebar tentang Gayus dan hukum negara tempat Gayus hidup. Kalau di negara tersebut, menjadi tawanan pun bisa jalan2 ke sesuka hati
Ruangan kembali riuh.
Salah seorang yang hadir bertanya, kenapa meski diperingati? Dengan lantang dan tegas, sang ketua menerangkan. ” Demi kemanusiaan yang tidak adil dan kurang beradab, kita hormati hukum Indonesia yang baik hati, karena Gayus dijatuhi hukuman 7 th penjara, di sisi lain satu keluarga hanya karena salah paham mengambil salak 4kg meski dihukum 3bulan penjara. Belum hukum baik hati lainnya bagi seorang nenek yang lapar dan seorang kakek yang fakir meski mendekam dalam penjara. Gimana? Ada yang keberatan kita memperingati hari Gayus sedunia?!” Mata ketua menatap tajam ke seluruh jiwa yang hadir dalam ruang rapat tersebut
“Tentu saja kami keberatan, ketua.” Seorang bermata sipit berdiri. ” Orang seperti Gayus di negara kami hukumannya mati. Supaya tidak lahir lagi Gayus2 dimasa depan. Ketua. Jika diijinkan, biar saya tembak kepala Gayus sekarang juga!!”
Suasana sidang kembali riuh.
”Ketua. Tuhan aja maha pengampun.” Seorang bersorban berdiri. Menengahi.
”Tuhan kenapa tidak turun tangan?” yang lain tak mau kalah.
Perdebatan semakin memanas. Masing2 tifak mau kalah. Perut wakil Indonesia sudah keroncongan. Akhirnya angkat bicara.
“Begini, ketua. Dan semua yang hadir. Dari pada argument kalian belum jelas unjungnya, sementara rasa lapar sudah mendera, baik aku buka sedikit tentang hukum negaraku” semua yang hadir serempak diam.
“Hukum negaraku cukuplah memakai UUD alias Ujung Unjungnya Duit. Jadi, kalian tidak perlu berdebat, karena uang diatas segalanya. Bahkan dengan uang, ijasah, jabatan, semua bisa dibeli. Cukup satu kata, uang!. Paham semuanya?” yang hadir menganggukan kepala.
Tok… Tok… Tok…! Ketua bicara.” Ada yang keberatan memperingati hari Gayus sedunia?”
“Kami semua keberatan, ketua!” Serempak, mereka nggak ada yang setuju. “Karena undang2 negara kami KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT! Bukan KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH HARTAWAN!”
Tok… Tok… Tok…! “Rapat dibubarkan. Peringatan hari Gayus digagalkan”.